Orang Bawean, atau Boyan biasa masyarakat Malaysia dan Singapura memanggilnya, memiliki banyak kebiasaan unik yang dilakukan setiap hari. Mereka yang tinggal di pulau kecil di tengah-tengah laut Jawa ini memang punya perbedaan yang cukup mengagumkan dibanding daerah lain. Belum lagi karena tidak begitu besar, membuat pulau dengan luas 194,11 km2 ini jadi sangat unik, termasuk budayanya.
Mereka tidak primitif, bahkan bisa dibilang peradabannya sudah yang sangat maju. Tapi orang Bawean sangat berpegang teguh pada warisan leluhur mereka. Maka dari itu, ada beberapa kebiasaan-kebiasaan yang terlihat lucu, kalau dilihat dari kacamata jaman sekarang.
Nah, apa saja kebiasaan-kebiasaan tersebut? Ini dia Rusa sudah rangkum 8 kebiasaan unik orang Bawean:
1. Nongkrong di Dhurung
Dhurung adalah tempat semacam gazebo, yang letaknya selalu di depan rumah. Di Bawean jarang ditemukan cafe atau warung kopi, mereka biasa nongkrong di kampungnya masing-masing yaitu di dhurung tersebut. Sebagian besar masyarakat Bawean, mempunyai dhurung ini di depan rumahnya.

Ini contoh dhurung tradisional yang masih ada lumbung padinya di bagian atap

Seperti inilah yang biasa dilakukan di dhurung, duduk-duduk santai.. (Pic by @ChyBlnPurnama)
Aktivitas yang biasa dilakukan di dhurung bermacam-macam. Ada main domino, main kartu, rujaan, main catur hingga sekedar bergosip ria buat para perempuan. Dhurung juga merupakan tempat bersilaturrahmi orang-orang se-kampung.

Ini dhurung yang sudah modern, tidak terdapat lumbung padi di bagian atap
Orang Bawean punya kebiasaan setiap hari nongkong di dhurung. Selain ke sawah atau laut, biasanya kalau lagi santai, waktu dihabiskan di tempat yang atapya berfungsi sebagai lumbung padi ini.
2. Menabur Koin untuk Selamatan Rumah
Orang Bawean mempunyai kebiasaan unik untuk selamatan rumah yang baru dibangun. Salah satu yang termasuk dalam rangkaian selamatannya adalah menabur koin di depan rumah. Anak-anak kecil akan dikumpulkan di depan rumah yang baru saja dibangun, pada siang hari. Setelah itu tuan rumah akan melemparkan ratusan ribu koin dan anak-anak kecil akan rebutan koin tersebut. Alasannya adalah agar rumah yang dibangun membawa barokah.
Mungkin terkesan agak tidak biasa, tapi tak membuat anak-anak Bawean terbiasa jadi peminta-minta seperti ketika mereka kecil yang secara rakus rebutan koin saat ada selamatan rumah di kampungnya. Budaya ini biasa disebut arangan pesse oleh orang Bawean. Selain untuk selamatan rumah, arangan pesse juga biasa ditemui untuk syukuran pernikahan atau untuk membayar nadzar.
3. Nyoon
Nyoon ini adalah aktivitas mengangkut barang, di mana barang yang diangkut ditaruh di atas kepala. Tapi, hanya perempuan yang punya kebiasaan ini. Barang-barang yang diangkut seperti ini adalah alat-alat rumah tangga, kayu bakar, hasil tani dan ladang, bahkan air yang diambil dari mata airnya langsung.
Nyoon adalah bukti bahwa perempuan Bawean sangat kuat dan perkasa. Mereka tidak lemah, bahkan bisa saling membantu dengan kaum laki-laki yang juga lebih banyak melakukan urusan mata pencaharian keluarga.
4. Ketika Ada Kerabat yang ke Luar Pulau, Diantar Oleh Masyarakat Se-Kampung
Tradisi orang Bawean yang suka merantau membuat mereka harus bolak-balik ke luar pulau. Nah uniknya adalah ketika ada salah satu kerabat yang akan meninggalkan Bawean dalam waktu yang cukup lama, baik untuk melanjutkan pendidikan atau untuk merantau mencari nafkah biasanya akan diantar oleh orang se-kampung hingga ke dermaga/pelabuhan Bawean.

Di Bawean gak ada angkot, adanya kayak begini yang biasa dicarter buat ke pelabuhan
Sebenarnya gak sekampung juga sih, tapi karena kampung-kampung di Bawean itu kecil, dan mereka rata-rata adalah kerabat dekat, jadinya otomatis bisa dibilang sekampung. Yak kira-kira hitungannya adalah 1 atau 2 angkot dan beberapa motor, untuk 1 keluarga yang akan berlayar ke Jawa.
Kebiasaan ini dikenal dengan istilah ngater-ngateraken. Dan ngater-ngateraken ini biasanya menjadi ajang untuk jalan-jalan buat anak-anak kecil.
5. Keliling Bawean Setelah Lebaran
Biasanya kebiasaan ini terjadi di H+2 hingga seminggu setelah lebaran. Keliling Bawean atau medher biasa orang-orang Bawean menyebut, adalah budaya di mana mengunjungi tempat-tempat wisata di Bawean dalam sehari. Walau tidak semua tempat wisata dikunjungi, tapi kebiasaan ini memang membawa orang untuk melewati seluruh jalan lingkar di Pulau Bawean. Jadilah disebut keliling Bawean.

Keliling Bawean memang lebih seru rame-rame seperti ini
Keliling Bawean ini juga menjadi ajang silaturrohmi kepada keluarganya yang jauh dari kampung mereka. Jadi sambil jalan-jalan, ada juga yang sambil mampir silaturrahmi. Selain itu keliling Bawean akan membawa orang untuk bisa bertemu teman lama yang sudah lama lepas kotak, yang saat itu kebetulan sedang mudik ke Bawean. Ketemu teman lama saat medher selalu menjadi kejutan.
6. Kunci Motor yang Tak Pernah Lepas
“Ngapain kucinya dilepas, kayak di Jawa aja,” seru seorang teman ketika Rusa melepaskan kontak motor saat parkir di depan rumahnya. Rusa malu karena norak melepas kunci motor. Yak di Bawean orang-orang jarang melepas kunci motornya ketika main. Kecuali jika memang mereka tidak begitu kenal dengan tempat yang dikunjungi. Bahkan ketika diparkir di rumah, kunci diambil hanya untuk menghindari takut ada orang gila yang akan bawa motor, bukan karena maling.

Contoh motor yang kuncinya dibiarin masih nempel, walau di pinggir jalan
Benar saja, karena di Bawean motor curian itu memang sulit untuk bisa keluar pulau. Sedangkan jika digunakan masih di Bawean, sangat gampang utuk diketahui. Hal ini yang membuat pencurian motor sangat jarang terjadi.
7. Memakai Baju Kurung dan Koko Melayu
Karena orang Bawean begitu dekat dengan Malaysia dan Singapura secara emosional, hal ini tak sedikit budaya melayu juga dekat dengan orang Bawean. Paling tidak adalah Pakaian Melayu ala Malaysia dan Singapura yang juga sering dipakai orang Bawean. Banyaknya kerabat meraka yang tinggal di 2 negara tetangga tersebut membuat tak sedikit barang-barang khas melayu itu banyak ditemui di Bawean. Begitu pun sebaliknya.

Hendaklah hendak hendak kurasa duhai sayang.. Kata Siti Nurhaliza (Pic by @maharsii)

Baju kurung juga dipakai orang Bawean saat menghadiri acara-acara selamatan atau lainnya (Pic by @ChyBlnPurnama)
Jika waktu sholat Jumat, tak sedikit laki-laki Bawean yang memakai baju koko Malaysia ketika ke masjid. Baju koko dengan kain mengkilap warna warni ngejreng tersebut memenuhi masjid-masjid di Bawean. Begitu pun, biasanya di sore hari, akan banyak perempuan Bawean yang memakai baju kurung, model baju yang biasa dipakai penyanyi terkenal Siti Nurhaliza tersebut. Ketika lebaran? Seperti melihat Malaysia di Bawean, 2 pakaian khas melayu itu banyak ditemui dari para kerabat mereka yang sedang mudik dari negara singa dan negerinya Upin Ipin tersebut.
Catatan: Akan diupdate berikutnya untuk semua foto ilustrasi yang belum ada.
Ahahahahahaha. Posting ini menghibur sekali. Bikin kangen Bawean. Four thumbs for Rusa!
Ayo ke Bawean lagi Bu Guru, murid-muridmu di Bawean pada kangen tuh 😀
Kapan ya bisa ke Bawean ya?
Kapan aja bisa Mbok… 😀
Pengen maen ke bawean lagi deh.
Ga cuma baju, penganan warungnya pun ala malaysia yaa..
Iya, makanan yang banyak ditemu di Malay juga muncul di Bawean 😀
aku agak kaget pas baca nggak perlu lepas kunci motor, hahaha
itu saking amannya ya, jadi rasa khawatir sama motor ilang ga ada, tentram sekali kelihatannya di sana. 😀
Di Bawean emang tentram Kak. Gak ada maling dan gak ada pengemis 😀
Wooh.. Mantep nih.. BTW kalau di kampungku, menabur koin itu juga ada. Namanya guyangan…
Kayaknya kalau nabur koin ini emang ada di beberapa daerah 😀
Sungguh sebuah kehormatan foto saya bisa nongkrong di blog hits ini :’)
Makasih ya Kak, sudah diijinkan make fotonya 😀 #padahalgakijin
Aku blm perna ke bawean kakak
ajak aku kesana dong
Ayo ke Bawean lah Kakkkk..
Klo ada yang ajakin ke bawean kayaknya #mauBingitttt
Mau nanya, emang penduduk bawean kebanyakan asli Malaysia dan Singapura ya?
Kasih link sejarahnya Bawean dong?
Pliss ?????
Tahun 1998 pernah main ke sana, ekspedisi bareng2 teman kampus UGM. 2 kali keliling pulau Bawean naik motor Honda Win punya jagawana (polisi hutan) di sana, dulu sekitar 2,5 jam sekali keliling pulau bawean. Mampir ke danau kastoba… & pinggir pantai tempat menyemai bibit bakau… Yang tersisa kenangan indah bersama keramahan orang2nya…
Ouh pulauku…bawean ku… q bangga jadi anak bawean….
Assalamualaikum..halo..salam hangat, saya dari bangkabelitung keturunan tulen bawean..hihi… Pengen kesana dari dulu sama keluarga, cuma belum ad kesempatan yg pas..
Beberapa waktu lalu saya iri banget sepupu sya si rendi “arai” ahmad sama bbrapa keluarga lain bisa brkunjung kesana. Semoga bisa berkunjung ke tanah leluhur. Amin..
nice info ..
Lah letak pulau bawean di atasnya pulau jawa kan? Budayanya kok malah lebih deket ke melayu & singapura? Saya bingung. 😀
Ada sejarahnya gak kenapa orang-orang Bawean merasa dekat dengan Malaysia dan Singapore secara emosional? *penasaran*
Btw kamu pas ke Jakarta diantar orang sekampung ga? 😛
Ternyata kebiasaannya masyarakat di pulau Bawean unik. Thanks postingannya..
Lain ladang lain belalang, lain daerah lain pula adat istiadatnya, begitu kira-kira, terima kasih kawan telah mempublikasikan artikel ini, salam sukses untuk orang Bawean.
Nenek ane juga dari Bawean tapi sayang udah gak pernah sambung, karena beliau udh meninggal lama ketika ane masih Sekolah Dasar dan gak tahu juga dari daerah mana. Dulu nenek ane pernah cerita kalau pernah ada pesawat Jepang jatuh di sawah belakang rumah di Bawean sana, nenek juga sempat cerita kalau disana masyarakatnya pakai bahasa Madura tapi gak mau dibilang orang Madura katanya beda. Hehee…
Kapan-kapan kalau dikasih kesempatan dan waktu sama yang diatas pengen pergi kesana jalan-jalan. Amien ya Robbal alamin….
Tentang persoalan mengapa orang bawean merasa dekat dengan Malaysia & Singapura itu kerana ramainya orang bawean yang berhijrah mencari nafkah di 2 negara ini.
Benar, ramai yang meninggalkan bawean menjadi pelaut, kerja kontrak di Malaysia atau Singapura. Nggak ada kerja di bawean, itu kata2 orang tua saya yang asal di Gelam & Tanjung apa ya..lupa
Saya lahir di Malaysia, pernah pulang waktu kecil dulu. Orang tua saya selalu pulang ke sana..saya juga teringin mau ke bawean lagi..
Walau sudah 30 tahun nggak ke sana, masih segar di ingatan luasnya sawah padi, ada sumur..
Keren, kunci motor yang tak pernah lepas.. Kalo di jakarta kuncinya langsung hilang berikut motornya